Selasa, 10 September 2013

INDEF Kecam Pemerintah Gagal Kendalikan Harga Kedelai

Jakarta, - Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) mengecam kebijakan pemerintah yang tidak dapat mengendalikan harga kedelai yang membumbung tinggi.

Direktur INDEF Enny Sri Hartati membenarkan, kalau Indonesia masih tergantung terhadap pasokan kedelai impor, karena kebutuhan konsumsi kedelai Indonesia lebih dari 70%-nya dipenuhi dari impor. "Apalagi peningkatan produksi dan swasembada kedelai hanya sebatas wacana, tidak ada upaya konkrit (no action) untuk peningkatan produksi dalam negeri," ujar Enny di Jakarta, Selasa (10/9).

Makanya jika terjadi gangguan di negara produsen maupun yang terkait dengan faktor eksternal, termasuk depresiasi nilai tukar, tentu berdampak pada stabilitas harga kedelai domestik.

"Namun ironisnya, tren harga kedelai di pasar internasional sebenarnya relatif stabil, bahkan pada Agustus 2013 harga kedelai di pasar internasional menurun USD 577,40/ton bila dilihat Juli saja sebesar 523,63 dolar AS/ton," ungkap Enny.

Bahkan menurutnya, bila bercermin dari Agustus 2012 hingga Juni 2013, rata-rata kenaikan harga kedelai di pasar internasional hanya sekitar 7%. "Ini sangat ironis, pada saat yang sama kenaikan harga kedelai di pasar Indonesia mencapai 30%, jadi benarkah lonjakan harga kedelai di Indonesia saat ini hanya disebabkan oleh pengaruh depresiasi nilai tukar rupiah?" tanya Enny.

Masih kata Enny, Pemerintah selalu berlindung pada permasalahan keterbatasan lahan dan rendahnya produktivitas kedelai lokal. Padahal menurutnya, banyak lahan petani yang dibiarkan menganggur karena tidak ada insentif pendapatan akibat tekanan rendahnya harga jual kedelai yang tidak sebanding dengan biaya produksi.

"Dan berbagai macam lembaga riset dan litbang telah menghasilkan berbagai jenis varietas kedelai unggulan. Namun tidak pernah ada upaya membudidayakan secara masal pada petani," tutur Enny. Hal tersebut, ungkap Enny, karena ketiadaan keberpihakan kepada petani. Akibatnya para pedagang/tengkulak justru mengambil kesempatan untuk menekan harga di tingkat petani.

"Akibatnya, kenaikan harga komoditi kedelai yang seharusnya menjadi berkah bagi petani yang berada di negara agraris, malah menjadi malapetaka," jelas Enny.


Pengunjung Seminggu Terakhir

LOWONGAN PEKERJAAN

Dibutuhkan Wartawan BeritaNias.Com
Silahkan Email Lamaran Anda
CV Anda ke redaksi.

Email ke: kabarnias@gmail.com
item