Rabu, 23 Oktober 2013

Ini Strategi Gereja Dalam Hadapi Pemilu Ala PGI

Jakarta - Pemilu 2014 makin hangat dan ada beberapa caleg yang sudah ditentukan. Menyikapi hal ini, gereja pun angkat bicara. Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Andreas A. Yewangoe menitipkan beberapa pesan, khususnya kepada para calon legislatif yang memegang imannya di dalam Kristen. Beberapa hal yang dikemukakannya yaitu :

Masalah Nasionalisme yang Tidak Diatasi dengan Baik

Persoalan-persoalan nasionalisme ini akan berujung pada disintegrasi bangsa jika tidak diatasi dengan baik. "Persoalan GKI Yasmin bukan persoalan umat Kristiani, akan tetapi persoalan bangsa ini. Bila ada semangat nasionalisme, tidak mungkin terjadi penutupan GKI Yasmin, kekerasan pada Syiah dan Ahmadiyah," ujar Andreas A. Yewangoe, Selasa (22/10).

Lebih Baik Kita Menyakiti Diri Sendiri Untuk Sebuah Perubahan

"Berdasarkan survei, masyarakat memandang Pemilu tidak bermanfaat bagi bangsa. Ini harus menjadi cambukan bagi para politisi yang ingin maju ke senayan. Lebih baik kita melakukan katarsis, menyakiti diri sendiri untuk sebuah perubahan," ujar Andreas.

Jika Jadi Caleg Untuk Cari Makan, Lebih Baik Mundur
Menurut Andreas, warga gereja yang menjadi caleg harus mengedepankan politik berkat bagi bangsa ini. "Kalau Anda ingin menjadi caleg untuk makan lebih baik tarik diri saja, buat apa," katanya. "Bila caleg Kristen berpikir sempit dan sectarian, maka tidak ubahnya dengan para politisi sektarian lainnya yang lebih mempertimbangkan pendirian negara syariah, ketimbang negara Pancasila. Tugas caleg adalah memperbaiki bangsa ini, bukan hanya untuk Kristen. Kalau itu yang diperjuangkan berarti kita berjuang dalam sekterian," tambahnya lagi.

Umat Kristiani Jangan Golput
Diapun menghimbau agar umat Kristiani tidak golput di Pemilu 2014. Contoh dampak buruk golput yang dia kemukakan adalah tingginya golput di Jerman yang mengakibatkan lahirnya pemimpin sadis dan bengis bernama Adolf Hitler. Untuk itu, dia juga mengimbau agar masyarakat jeli memilih caleg dan pemimpinnya. "Jangan sampai terulang kembali kekuasaan tangan besi di era otoriter Orde Baru, karena masyarakat memilih golput," ujarnya lagi.

Bersikaplah bijaksana dalam memilih pemimpin bangsa Indonesia ini, karena kita semua pasti menginginkan kesejahteraan, keadilan, dan tidak ada diskriminasi untuk kaum minoritas. Hal ini tentunya mendatangkan semua kebaikan, saat pemimpin kita takut akan Tuhan.


Pengunjung Seminggu Terakhir

LOWONGAN PEKERJAAN

Dibutuhkan Wartawan BeritaNias.Com
Silahkan Email Lamaran Anda
CV Anda ke redaksi.

Email ke: kabarnias@gmail.com
item